Rabu, 08 April 2009

Teknik Pengambilan Sampel Survei Cepat

Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan elemen/indvidu yang ingin diketahui karakteristiknya. Populasi dapat berupa kumpulan orang/individu atau barang, tetapi pada penelitian di bidang kesehatan masyarakat, populasi umumnya merupakan kumpulan individu/ orang. Sebagai contoh, populasi dapat berupa semua balita yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, semua ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas.

Sebelum satu survei dilakukan, peneliti harus menentukan dahulu secara pasti dan jelas populasi sasaran dari survei yang akan dilakukan. Definisi populasi harus mencakup siapa yang akan di survei, dan pengukuran apa yang akan dilakukan. Atas dasar pemahaman ini, populasi untuk pengkajian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), adalah seluruh rumahtangga yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

Secara ideal, survei harus mencakup semua orang yang termasuk dalam populasi. Jika semua orang yang termasuk dalam populasi dapat diwawancarai, maka dapat diukur cakupan program kesehatan secara akurat. Tetapi melakukan wawancara pada semua orang yang termasuk dalam populasi sangat memakan waktu, biaya dan sumberdaya. Jadi perlu diambil contoh beberapa orang saja yang dapat mewakili semua orang yang ada di populasi. Contoh beberapa orang yang diambil dari satu populasi ini dinamakan sampel.

Orang/individu/rumahtangga yang diambil sebagai contoh harus dapat mewakili populasi. Agar kondisi ini bisa tercapai, maka setiap orang yang ada di populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Jika sampel tidak mewakili populasi, akan diperoleh hasil yang bias, yaitu cakupan yang dihasilkan dari sampel berbeda dengan cakupan yang ada di populasi. Sebagai contoh, jika survei hanya mewawancarai ibu yang datang ke posyandu saja untuk menentukan cakupan imunisasi campak, maka cakupan yang dihasilkan cenderung lebih tinggi dari cakupan yang ada di populasi. Mengapa ?

Perbedaan antara cakupan yang sebenarnya di populasi dan cakupan yang diperoleh dari sampel disebut sebagai sampling error. Kesalahan ini selalu terjadi pada survei yang tidak mengikutsertakan seluruh populasi. Namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara : memilih sampel secara tidak bias dan memilih sampel yang cukup besar. Memilih sampel secara tidak bias, harus didasarkan probabilitas. Sampel berdasarkan probabilitas akan memastikan semua orang yang ada di populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Agar dapat memilih sampel secara probabilitas, harus dibuat terlebih dahulu kerangka sampel. Kerangka sampel adalah daftar semua unit (kabupaten, kecamatan, desa, rumahtangga, orang) yang ada dalam satu populasi sasaran. Di negara berkembang, seperti Indonesia akan sulit sekali untuk mendapatkan daftar penduduk atau rumahtangga secara lengkap, sehingga seringkali digunakan kerangka sampel dari unit yang lebih tinggi, seperti : desa atau kecamatan.

Jumlah sampel yang dibutuhkan pada satu survei tergantung dari tujuan survei tersebut. Survei dapat dilakukan untuk mengukur satu parameter tertentu pada populasi, seperti : cakupan imunisasi DPT-1, cakupan pemeriksaan antenatal, cakupan K-1, cakupan K/S, cakupan rumahtangga sehat, dan sebagainya. Survei juga dapat dilakukan untuk melihat hasil satu intervensi. Untuk tujuan ini survei dapat dilakukan sebelum dan sesudah intervensi atau di dua daerah yang dilakukan intervensi yang berbeda. Pada tujuan kedua ini, survei dilakukan untuk menguji satu hipotesis, apakah intervensi telah membawa dampak pada masyarakat. Dua tujuan survei tersebut memiliki cara yang berbeda untuk menghitung besar sampel yang diperlukan.

Pada survei cepat, umumnya tujuan survei dilakukan untuk melihat cakupan satu program. Ada formula khusus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel yang memadai pada survei cepat. Secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 x 7 orang (30 kluster/desa, 7 orang tiap kluster/desa) sudah mencukupi untuk melihat cakupan kasus – kasus yang sering terjadi (proporsi kejadian 15% – 85%). Jadi saudara dapat selalu menggunakan jumlah sampel 210 orang (30 x 7 orang), kecuali untuk kasus yang jarang terjadi (seperti HIV/AIDS, Kusta, Tuberkulosis) dan untuk uji hipotesis.


Memilih Kluster

Prinsip yang harus dipatuhi dalam pengambilan sampel adalah semua individu/orang di populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Syarat ini dapat dipenuhi dengan memilih sampel secara acak dari daftar semua orang di populasi. Cara seperti ini dikenal sebagai pemilihan sampel secara acak sederhana atau simple random sampling (SRS). Dalam prakteknya, cara pengambilan sampel acak sederhana ini sulit dilakukan. Misalnya, saudara ingin melakukan survei untuk mengetahui proporsi rumahtangga sehat, maka agar dapat memilih sampel secara acak sederhana, saudara harus memiliki daftar semua rumahtangga yang ada di populasi dalam hal ini kabupaten/kota. Daftar ini harus diberi nomor urut dan dipilih secara acak sederhana dengan bantuan tabel angka acak atau random number table. Paling tidak ada dua kesulitan utama, yaitu : (1) daftar subyek penelitian dalam hal ini rumahtangga umumnya tidak tersedia – membuat daftar seperti ini memerlukan biaya yang cukup besar dan waktu yang cukup lama, (2) sampel yang terpilih bisa saja sangat berjauhan – dapat terjadi saudara harus melakukan perjalanan ke satu desa yang jauh hanya untuk mewawancarai satu subyek survei. Adanya kesulitan penerapan teknik acak sederhana pada penelitian survei, WHO mengusulkan untuk negara berkembang menggunakan teknik sampel kluster dua tahap, yaitu : (1) pemilihan kluster, (2) pemilihan subjek survei (rumahtangga).

Agar pemilihan sampel dapat dilakukan secara adil, jumlah sampel pada tiap kluster harus sebanding dengan besar relatif kluster tersebut. Hal ini berarti pada tiap kluster yang terpilih saudara harus mewawancarai jumlah subyek yang berbeda. Cara ini tentu kurang praktis, sehingga dicari cara lain agar jumlah subyek yang dipilih pada tiap kluster dapat sama. Untuk keperluan ini harus dilakukan modifikasi cara pemilihan kluster pada tahap pertama. Pemilihan kluster harus menggunakan cara probabilitas yang proporsional dengan besar kluster atau probability proportionate to size (PPS). Cara PPS perlu dilakukan agar tiap subyek survei yang ada tetap memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Untuk keperluan praktis telah tersedia perangkat lunak CSurvey 2.0 guna membantu pemilihan kluster secara PPS (dapat di download gratis).

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum pak..
Saya jufran alumni AKZI Banda Aceh angkatan v. Artikelnya bagus pak.